Sabtu, 26 September 2015

contoh artikel konseptual

PEMANFAATAN MEDIA FILM SEBAGAI UPAYA PENDALAMAN KARAKTER DALAM BERMAIN PERAN

Nurul Aziz
2101412133
nurulaziz54@gmail.com
ABSTRAK
Pendalaman karakter dapat dilakukan dengan menonton film yang karakter tokohnya kurang lebih sama dengan tokoh yang kita mainkan. Pendalaman karakter merupakan upaya masuk lebih dalam kedalam sosok atau tokoh yang kita mainkan. Karakter merupakan ciri, gaya, atau sifat diri dari seseorang atau tokoh yang bersumber dari bentukan-bentukan yang ada di lingkunganya. Pendalaman karakter dengan media film merupakan salah satu solusi bagi para pemain peran agar lebih mudah masuk kedalam tokoh yang diperankanya. Pendalaman karakter dengan media film dapat dilakukan dengan cara menonton lalu menirukan gaya dari seorang tokoh yang karakternya mirip dengan tokoh yang nanti kita perankan. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986: 134). Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang – lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens.
Kata kunci : karakter dan film

PENDAHULUAN
Bermain peran merupakan kegiatan yang terlihat mudah namun sebenarnya sulit untuk dilakukan. Bermain peran memerlukan tenaga yang lebih dari permainan yang lain. Selain memerlukan tenaga yang lebih bermain peran juga memerlukan konsentrasi dan kesunguh-sungguhan dalam setiap latihanya agar memperoleh hasil yang maksimal. Para pemain peran terkadang mengalami kesulitan dalam bidang karakter atau sulit masuk dalam karakter tokoh yang dimainkan. Hal itu biasanya disebabkan karena tokoh yang dimainkan tergolong berkarakter unik atau karena faktor sosial dan budaya yang berbeda antara si pemain dengan tokoh yang akan dimainkan. Faktor sosial budaya membuat si pemain kesulitan mencari referensi karakter tokoh yang akan dimainkanya. Sulitnya mencari referensi membuat si pemain susah untuk mendalami karakter yang nantinya akan dimaikan.
Di zaman modern seperti ini pemain seharusnya sudah tidak kebingungan dalam mencari referensi tokoh yang nanti akan dimainkan. Hal itu disebabkan karena mudahnya mencari atau melihat berbagai macam karakter tokoh dari film-film yang sudah ada. Di zaman modern seperti ini menonton film juga sudah dapat dilakukan dimana saja bukan hanya menunggu tayangan di televisi ataupun menonton di bioskop. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi menonton film menjadi hal yang mudah dilakukan dimana saja karena kita dapat menontonya dari laptop ataupu komputer dengan cara mengunduhnya terlebih dahulu. Ketika kita sudah memiliki film itu kitapun dapat menontonya secara berlang-ulang agar lebih paham bagaimana gerak-gerik atau karakter dari tokoh yang akan kita mainkan.
PEMBAHASAN
Bermain peran merupakan kegiatan yang terbilang sulit.Selain kita dituntut untuk selalu serius dalam setiap prosesnya kita juga harus bisa masuk dan sesuai dengan karakter tokoh yang kita mainkan.Hal itu bertujuan agar ketika pementasaan (drama) atau penyangan (film) yang kita mainkan penonton tidk melihat hal yang aneh karena seperti karkter yang tidak sesuai ataupun yang lainya. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai pemanfaatan media film sebagai paya pendalaman karakter.
Film
Sebelum kita membahas jenis-jenis film ada baiknya mari kita telaah kembali apapengertian film. Ada beberapa pengertian tentang film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup.Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya sekeping Compact Disc (CD).Sedangkan film diartikan sebagai lakon artinya adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh tertentu secara utuh dan berstruktur.
Pengertian lebih lengkap dan mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya. Sedangkan film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh lembaga pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang merupakan hasil kerja sama dengan pengusaha film asing.
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman (UU baru tentang perfilman) “Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”. PendefinisianUU Perfilman 2009 jauh lebih singkat, yang perlu digaris bawahi adalah film merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa. Pranata sendiri diambil dari kata “nata” (bahasa jawa) yang berarti menata artinya film mempunyai fungsi mempengaruhi orang, baik bersifat negatif ataupun positif bergantung dari pengalaman dan pengetahuan individu. Tetapi secara umum film adalah media komunikasi yang mampu mempengaruhi cara pandang individu yang kemudian akan membentuk karakter suatu bangsa. Nah, fungsi inilah yang ternyata sebagai pranata sosial, mempengaruhi tatanan sosial kemasyarakatan berbangsa dan bernegara.Sayangnya di Indonesia belum banyak film yang mampu memberi sumbangsih mendidik, film di negeri ini baru pada tatanan menghibur dan menginformasikan.Inilah tantangan Anda sebagai calon sineas muda, mampukah kita membuat film tidak hanya menghibur dan menginformasikan tetapi juga harus mendidik (menata bangsa - pranata sosial).
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.(Effendy, 1986: 134). Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang – lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.
Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat.Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens.
Dewasa ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara pendekatannya berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain itu, film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang seluas-luasnya.
Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris.Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu.Film non cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan.(Sumarno, 1996:10).
Dalam perkembangannya, film cerita dan non cerita saling mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang memiliki ciri, gaya dan corak masing-masing. Seperti halnya dengan film Pendekar Awan dan Angin yang saat ini dibahas penulis, film ini termasuk film cerita karena ceritanya dikarang yang dipertunjukan ditelevisi dengan dukungan iklan.
Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya ceritanya harus lebih baik, penggarapannya yang profesional dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang menjadi aktor/aktris di film tersebut.
Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.
Jenis-jenis Film
A.     Film Horor
Film jenis ini biasanya bercerita tentang hal-hal mistis , supranatural, berhubungan dengan kematian, atau hal-hal di luar nalar yang lain. Film horor ini memang dibuat menyeramkan agar pentonton ketakutan dan merasa ngeri.
B.     Film Drama
Film dengan kategori ini termasuk lebih ringan dibanding dengan film horor.Umumnya bercerita tentang suatu konflik kehidupan.Macam- macam film drama bisa kita kategorikan sesuai dengan tema atau ide ceritanya.
C.     Film Romantis
Film yang berkisah tentang konflik percintaan antar manusia.Contohnya adalah Romeo and Juliet (1968).
D.    Film Drama Keluarga (Family)
Film ini umumnya memiliki kisah yang cukup ringan, ide cerita dan konfliknya mudah diselesaikan.Film jenis ini juga cocok untuk ditonton anak kecil.
E.     Film Kolosal
Kolosal sendiri berarti luar biasa besar. Film jenis ini umumnya diproduksi dengan dana yang sangat banyak dan melibatkan banyak sekali pemain, mulai dari pemeran utama sampai figuran. Biasanya, film kolosal hampir selalu bertema sejarah atau zaman kuno yang menampilkan adegan peperangan besar-besaran.Contohnya adalah Gladiator (2000) dan The Last Samurai (2003).
F.      Film Thriller
Tak sedikit yang mengkategorikan film thriller sebagai film horor, hal ini mungkin dikarenakan film thriller sama-sama membuat jantung berdebar seperti saat menonton film horor.Bedanya, film thriller tidak berkisah tentang sesuatu yang mistik atau supranatural yang menjadi ciri khas film horor.Film thriller sendiri dapat diartikan sebagai film yang mendebarkan.Macam-macam film thriller yang banyak beredar biasanya berkisah tentang petualangan hidup seseorang atau pengalaman buruk tertentu yang kadang berkaitan dengan pembunuhan.
G.     Film Fantasi
Tema atau konflik dari film jenis ini tak terlalu berbeda dengan jenis film yang lain. Yang paling membedakan film fantasi dengan film lain adalah setting atau latar belakang serta karakter tokoh unik, yang tidak ada di dunia nyata. Setting waktu film fantasi biasanya masa lampau atau masa depan, tapi ada juga yang bersetting masa sekarang. Contohnya adalah Harry Potter yang populer.
H.    Film Komedi
Sama seperti film fantasi, inti film komedi bisa sama dengan jenis film lain. Yang berbeda adalah adanya unsur komedi atau kelucuan yang bisa membuat penonton tertawa.
I.       Film Misteri
Film misteri adalah film yang mengandung unsur teka-teki.Film jenis ini cukup banyak peminatnya karena alur film yang tidak mudah untuk ditebak. Para penonton pun dipastikan betah mengikuti cerita karena jawaban teka-teki akan disuguhkan di akhir film.
J.       Film Action/Laga
Seperti namanya, film ini mengandung aksi-aksi yang menegangkan. Biasanya ada banyak adegan perkelahian, saling kejar-kejaran, atau aksi menggunakan senjata api.
K.    Sci Fi ( Science Fiction )
Sebenarnya Sci-Fi mencakup tema- tema yang luas dan mempunyai subgenre-subgenre yang mengakibatkan sulit untuk didefinisikan secara jelas. Sci-Fi sendiri adalah salah satu genre dari cerita fiksi (fiction) yang mempunyai ciri khusus yaitu elemen imajinasinya berkaitan erat dan mempunyai kemungkinan untuk dijelaskan menggunakan science atau kemajuan teknologi yag berdasarkan pada hukum alam yang dituangkan pada postulat-postulat science.
Film Animasi / Kartun : Film kartun dalam sinematografi dikategorikan sebagai bagian yang integral film yang memiliki ciri dan bentuk khusus. Film secara umum merupakan serangkaian gambar yang diambil dari obyek yang bergerak.Gambar obyek tersebut kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan gambar hidup.Film kartun dalam sinematografi adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa ilustrasi di mana semua gambarnya saling berkesinambungan.
Film Pendek : Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang / sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
Film Panjang : Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
Film Dokumenter : Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal – hal senyata mungkin. (Adhi Nugroho, 25/8/2013).
Pendalaman karakter
Karakter adalah jenis peran yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya didahului dengan menganalisis peran  tersebut sehingga bisa dimainkan. Menurut Rikrik El Saptaria (2006), jenis karakter dalam teater ada empat macam, yaitu  flat character, round charakter, teatrikal, dan karikatural. 
Flat Character (perwatakan dasar)  
Flat character atau karakter datar adalah karakter  tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter tokoh dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Ketika masih kecil dia bereksplorasi dengan dirinya sendiri untuk mengetahui perkembangan dirinya, dan ketika sudah dewasa maka pribadinya berkembang melalui hubungan dengan lingkungan sosial. Jadi perkembangan karakter seharusnya mengacu pada pribadi manusia, yang merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi yang dilakukannya dan terus berkembang.  
Penulis lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif, sehingga ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu perkembangan karakter.  Flat character  ini ditulis dengan tidak mengalami perkembangan emosi maupun derajat status sosial dalam sebuah lakon.  Flat character biasanya ada pada karakter tokoh yang tidak terlalu penting atau karakter  tokoh pembantu, tetapi diperlukan dalam sebuah lakon. Misalnya tokoh Oswald, tokoh Badut  dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo. Tokoh Oswald ini dari awal cerita sampai akhir cerita tetap sebagai pembantu atau abdi Gonerill, sama dengan tokoh Badut dalam lakon ini tidak berkembang, baik secara emosi, pribadi, maupun secara status sosialnya. 
Round Character (perwatakan bulat)  
Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis secara sempurna, karakteristiknya kaya dengan pesan-pesan dramatik. Round karakter adalah karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya. Perkembangan dan perubahan ini mengacu pada perkembangan pribadi orang dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan inilah yang menjadikan karakter ini menarik dan mampu untuk mengerakkan jalan cerita. Karakter ini biasanya terdapat karakter tokoh utama baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.  
Misalnya perkembangan karakter tokoh Raja Lear pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno sumardjo, awalnya Raja Lear berniat turun tahta dengan cara membagi-bagi wilayah kerajaan tetapi masih tetap ingin kemegahan, kenyamanan, dan masih ingin dihormati. Tetapi keinginan dihalangi oleh ulah putri-putrinya, sehingga mengalami frustasi dan menjadi gila. Terus dalam kegilaanya Raja Lear mencari cara untuk balas dendam kepada putri-putrinya yang telah menghalanginya. Kegilaan ini semakin menjadi-jadi sampai dengan pertemuannya dengan Gloucester di akhir babak ke empat dan dia membayangkan menyelusup ke dalam puri putri-putri serta membunuhnya. Sampai pada akhir cerita, Raja Lear bertemu dengan putrinya yang sudah diusir serta tidak diakui sebagai anak yang mampu merubah pribadinya dari pribadi yang gila menjadi pribadi yang penuh kasih sayang. 
Perubahan karakter inilah yang menjalankan lakon menjadi menarik. Misalnya lakon  Raja Lear Karya William Shakespeare, awalnya karakter Raja Lear  hanya memikirkan dirinya sendiri, terus mengalami penderitaan dan menjadi orang baru diakhir cerita merefleksikan perubahan karakter. Perubahan ini dikemas dan dimainkan menjadi sesuatu yang menarik sehingga penonton  tidak mengalami kejenuhan. 
Teatrikal 
Teatrikal adalah karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis seperti nampak pada gambar 14 di atas. Karakter-karakter teatrikal jarang dijumpai pada lakon-lakon realis, tetapi sangat banyak dijumpai pada lakon-lakon klasik dan non realis. Karakter ini hanya simbol dari psikologi masyarakat, suasana, keadaan jaman dan lain-lain yang tidak bersifat manusiawi tetapi dilakukan oleh manusia. Misalnya karakter yang diciptakan oleh Putu Wijaya pada lakon-lakonnya yang bergaya post-realistic, seperti tokoh A, D, C, Si Gembrot, Si Tua, Kawan, Pemimpin (lakon LOS)  dan lain-lain. 
Karikatural 
Karikatural adalah karakter tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung menyindir seperti diperlihatkan dalam gambar 15 di atas. Karakter ini segaja diciptakan oleh penulis lakon sebagai penyeimbang antara  kesedihan dan kelucuan, antara ketegangan dengan keriangan suasana. Sifat karikatural ini bisa berupa dialog-dialog yang diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan tingkah laku, bahkan perpaduan antara ucapan dengan  tingkah laku. Misalnya, karakter Badut pada lakon Raja Lear karya Willilam Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo, kalau dianalisis dialognya menunjukkan betapa sangat satir dan dapat mengimbangi ketegangan suasana yang diciptakan oleh Raja Lear. 
BADUT : Bakal kau alami, anakmu yang lain itu berbuat layak, sebab meskipun dia serupa kakaknya, seperti apel hutan serupa dengan apel biasa, namun aku tahu apa yang kutahu. 
LEAR : Apa yang kau tahu, bocah? 
BADUT : Seleranya sama, seperti apel sama rasanya dengan apel. Bisa menjawa, mengana hidung orang ada di tengah-tengah mukanya? 
LEAR : Tidak. 
BADUT : Yaitu supaya ada mata di kanan-kiriinya, jadi manusia dapat melihat apa yang tak mampu diciumnya. 
LEAR : Aku berbuat salah terhadap dia –  
BADUT : Tahu, bagaimana kerang membikin kulitnya? 
LEAR : Tidak 
BADUT :  Aku pun tidak, tapi kutahu mengapa keong punya 
rumah. 
LEAR : Ya? 
BADUT : Yakni guna menyimpan kepalanya; tidak untuk diberikan pada anak-anaknya,hingga tanduknya tak berkerudung. 
LEAR : Hendak kulupakan watakku – padahal ayahnya sebaik itu – Kudaku siap? 
Dari dialog yang dilakukan oleh Raja Lear dengan Badut ini bisa dianalisis bahwa suasana yang diciptakan oleh Raja Lear cenderung pada suasana kemarahan karena telah diusir oleh anaknya, sedangkan dialog yang disampaikan oleh Badut cenderung lucu dan ceria meskipun berisi tentang olok-olok dan nasehat kepada Raja Lear.
Pemanfaatan film sebagai upaya pendalaman karakter
Pemanfaatan media film sebagai upaya pendalam karakter merupakan sebuah solusi bagi para pemain peran atau aktor yang kesulitan dalam memasuki peran yang ia mainkan. Pemain peran atau actor dapat mencari referensi karakter tokoh dengan film yang didalamnya ada tokoh yang karakternya sama atau kurang lebih sama dengan karter tokoh yang ia mainkan. Pemain peran atau actor dalam mendalami peran menggunakan media film melakukanya dengan cara menonton film tersebut secara berulang-ulang. Setelah mengetauhui gerak-gerik atau menguasai karakter yang akan dimainkan kemudia pemain peran atau actor mulai memperagaknya memggunakan naskah yang akan ia mainkan. Hal itu dapat dilakukan secara berulang-ulang agar menjadi terebiasa dan terlihat natural.Dalam berlatihpun dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.Untuk dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal latihan dapat dilakukan dengan rekan-rekan atau lawan main.Selain untuk menjalin kemistri berlatih dengan teman kita dapat meminta komentar ataupun kritik dan saran dari mereka.
SIMPULAN
Mendalami karkter dapat dilakukan dengan cara menonton film dan memperhatikan karakter tokoh yang sama dengan tokoh yang akan kita mainkam. Untuk memperoleh hasil yang maksimal kita dapat melakukanya secara berulang-ulang. Setelah menonton, kita dapat memperagakanya dengan naskah yang akan kita mainkan. Kita dapat melakukanya dengan temanatau lawan main untuk mendapatkan kroitik dan saran dari mereka.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, seharusnya kita bersungguh-sungguh dalam melakukan segala prosesnya. Bersungguh-sungguh dalam berlatih bias dilakukan dengan cara melakukan latihan secara berulang-ulang dan membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari siapapun.

DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin, W.S. 2009.Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori Sejarah dan Analisis. Bandung: Angkasa.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.



http://mind8pro.blogspot.com/p/production-house.htmldiakses pada tanggal 3 januari 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar