PEMANFAATAN
MEDIA FILM SEBAGAI UPAYA PENDALAMAN KARAKTER DALAM BERMAIN PERAN
Nurul
Aziz
2101412133
nurulaziz54@gmail.com
ABSTRAK
Pendalaman
karakter dapat dilakukan dengan menonton film yang karakter tokohnya kurang
lebih sama dengan tokoh yang kita mainkan. Pendalaman karakter merupakan upaya
masuk lebih dalam kedalam sosok atau tokoh yang kita mainkan. Karakter
merupakan ciri, gaya, atau sifat diri dari seseorang atau tokoh yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang ada di lingkunganya. Pendalaman karakter dengan
media film merupakan salah satu solusi bagi para pemain peran agar lebih mudah
masuk kedalam tokoh yang diperankanya. Pendalaman karakter dengan media film
dapat dilakukan dengan cara menonton lalu menirukan gaya dari seorang tokoh
yang karakternya mirip dengan tokoh yang nanti kita perankan. Film adalah media
komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada
sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986: 134).
Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi
film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan,
baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan
mekanisme lambang – lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan,
suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.Film juga dianggap sebagai media
komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya
yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara,
film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton
seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan
dan bahkan dapat mempengaruhi audiens.
Kata
kunci : karakter dan film
PENDAHULUAN
Bermain
peran merupakan kegiatan yang terlihat mudah namun sebenarnya sulit untuk
dilakukan. Bermain peran memerlukan tenaga yang lebih dari permainan yang lain.
Selain memerlukan tenaga yang lebih bermain peran juga memerlukan konsentrasi
dan kesunguh-sungguhan dalam setiap latihanya agar memperoleh hasil yang
maksimal. Para pemain peran terkadang mengalami kesulitan dalam bidang karakter
atau sulit masuk dalam karakter tokoh yang dimainkan. Hal itu biasanya disebabkan
karena tokoh yang dimainkan tergolong berkarakter unik atau karena faktor
sosial dan budaya yang berbeda antara si pemain dengan tokoh yang akan
dimainkan. Faktor sosial budaya membuat si pemain kesulitan mencari referensi
karakter tokoh yang akan dimainkanya. Sulitnya mencari referensi membuat si
pemain susah untuk mendalami karakter yang nantinya akan dimaikan.
Di
zaman modern seperti ini pemain seharusnya sudah tidak kebingungan dalam
mencari referensi tokoh yang nanti akan dimainkan. Hal itu disebabkan karena mudahnya
mencari atau melihat berbagai macam karakter tokoh dari film-film yang sudah
ada. Di zaman modern seperti ini menonton film juga sudah dapat dilakukan dimana saja bukan hanya
menunggu tayangan di televisi ataupun menonton di bioskop. Dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi menonton film menjadi hal yang mudah dilakukan
dimana saja karena kita dapat menontonya dari laptop ataupu komputer dengan
cara mengunduhnya terlebih dahulu. Ketika kita sudah memiliki film itu kitapun
dapat menontonya secara berlang-ulang agar lebih paham bagaimana gerak-gerik
atau karakter dari tokoh yang akan kita mainkan.
PEMBAHASAN
Bermain peran merupakan
kegiatan yang terbilang sulit.Selain kita dituntut untuk selalu serius dalam
setiap prosesnya kita juga harus bisa masuk dan sesuai dengan karakter tokoh
yang kita mainkan.Hal itu bertujuan agar ketika pementasaan (drama) atau
penyangan (film) yang kita mainkan penonton tidk melihat hal yang aneh karena
seperti karkter yang tidak sesuai ataupun yang lainya. Dalam bagian ini akan
dibahas mengenai pemanfaatan media film sebagai paya pendalaman karakter.
Film
Sebelum kita membahas
jenis-jenis film ada baiknya mari kita telaah kembali apapengertian film. Ada
beberapa pengertian tentang film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari
seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk
tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan
sebagai lakon (cerita) gambar hidup.Dari definisi yang pertama, kita dapat
membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya
sekeping Compact Disc (CD).Sedangkan
film diartikan sebagai lakon artinya adalah film tersebut merepresentasikan
sebuah cerita dari tokoh tertentu secara utuh dan berstruktur.
Pengertian lebih lengkap dan
mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang
Perfilman di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta
seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau
proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau
ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya. Sedangkan
film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh lembaga
pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang merupakan
hasil kerja sama dengan pengusaha film asing.
Sedangkan menurut pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman
(UU baru tentang perfilman) “Film adalah karya seni budaya yang merupakan
pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah
sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”.
PendefinisianUU Perfilman 2009 jauh lebih singkat, yang perlu digaris bawahi
adalah film merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa. Pranata
sendiri diambil dari kata “nata”
(bahasa jawa) yang berarti menata artinya film mempunyai fungsi mempengaruhi
orang, baik bersifat negatif ataupun positif bergantung dari pengalaman dan
pengetahuan individu. Tetapi secara umum film adalah media komunikasi yang
mampu mempengaruhi cara pandang individu yang kemudian akan membentuk karakter
suatu bangsa. Nah, fungsi inilah yang ternyata sebagai pranata sosial,
mempengaruhi tatanan sosial kemasyarakatan berbangsa dan
bernegara.Sayangnya di Indonesia belum banyak film yang mampu memberi
sumbangsih mendidik, film di negeri ini baru pada tatanan menghibur dan
menginformasikan.Inilah tantangan Anda sebagai calon sineas muda, mampukah kita
membuat film tidak hanya menghibur dan menginformasikan tetapi juga harus
mendidik (menata bangsa - pranata sosial).
Film adalah media komunikasi
yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang
yang berkumpul di suatu tempat tertentu.(Effendy, 1986: 134). Pesan film pada
komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut.
Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan
pendidikan, hiburan dan informasi.Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme
lambang – lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara,
perkataan, percakapan dan sebagainya.
Film juga dianggap sebagai
media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena
sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar
dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat.Ketika menonton film
penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan
dan bahkan dapat mempengaruhi audiens.
Dewasa ini terdapat berbagai
ragam film, meskipun cara pendekatannya berbeda-beda, semua film dapat
dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap
muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain itu, film dapat dirancang untuk
melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang seluas-luasnya.
Pada dasarnya film dapat
dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non
cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film
cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan
dimainkan oleh aktor dan aktris.Pada umumnya film cerita bersifat komersial,
artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di
televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu.Film non cerita adalah film
yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada
fiksi tentang kenyataan.(Sumarno, 1996:10).
Dalam perkembangannya, film
cerita dan non cerita saling mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film
yang memiliki ciri, gaya dan corak masing-masing. Seperti halnya dengan film
Pendekar Awan dan Angin yang saat ini dibahas penulis, film ini termasuk film
cerita karena ceritanya dikarang yang dipertunjukan ditelevisi dengan dukungan
iklan.
Film cerita agar tetap
diminati penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya ceritanya
harus lebih baik, penggarapannya yang profesional dengan teknik penyuntingan
yang semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik
tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang menjadi aktor/aktris di film
tersebut.
Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses
pemikiran dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita
yang digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk
mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.
Jenis-jenis Film
A.
Film Horor
Film jenis ini
biasanya bercerita tentang hal-hal mistis , supranatural, berhubungan dengan
kematian, atau hal-hal di luar nalar yang lain. Film horor ini memang dibuat
menyeramkan agar pentonton ketakutan dan merasa ngeri.
B.
Film Drama
Film dengan
kategori ini termasuk lebih ringan dibanding dengan film horor.Umumnya
bercerita tentang suatu konflik kehidupan.Macam- macam film drama bisa kita
kategorikan sesuai dengan tema atau ide ceritanya.
C.
Film Romantis
Film yang
berkisah tentang konflik percintaan antar manusia.Contohnya adalah Romeo and
Juliet (1968).
D.
Film Drama Keluarga (Family)
Film ini umumnya
memiliki kisah yang cukup ringan, ide cerita dan konfliknya mudah
diselesaikan.Film jenis ini juga cocok untuk ditonton anak kecil.
E.
Film Kolosal
Kolosal sendiri
berarti luar biasa besar. Film jenis ini umumnya diproduksi dengan dana yang
sangat banyak dan melibatkan banyak sekali pemain, mulai dari pemeran utama
sampai figuran. Biasanya, film kolosal hampir selalu bertema sejarah atau zaman
kuno yang menampilkan adegan peperangan besar-besaran.Contohnya adalah
Gladiator (2000) dan The Last Samurai (2003).
F.
Film Thriller
Tak sedikit yang
mengkategorikan film thriller sebagai film horor, hal ini mungkin dikarenakan
film thriller sama-sama membuat jantung berdebar seperti saat menonton film
horor.Bedanya, film thriller tidak berkisah tentang sesuatu yang mistik atau
supranatural yang menjadi ciri khas film horor.Film thriller sendiri dapat
diartikan sebagai film yang mendebarkan.Macam-macam film thriller yang banyak
beredar biasanya berkisah tentang petualangan hidup seseorang atau pengalaman
buruk tertentu yang kadang berkaitan dengan pembunuhan.
G.
Film Fantasi
Tema atau
konflik dari film jenis ini tak terlalu berbeda dengan jenis film yang lain.
Yang paling membedakan film fantasi dengan film lain adalah setting atau latar
belakang serta karakter tokoh unik, yang tidak ada di dunia nyata. Setting
waktu film fantasi biasanya masa lampau atau masa depan, tapi ada juga yang
bersetting masa sekarang. Contohnya adalah Harry Potter yang populer.
H.
Film Komedi
Sama seperti
film fantasi, inti film komedi bisa sama dengan jenis film lain. Yang berbeda
adalah adanya unsur komedi atau kelucuan yang bisa membuat penonton tertawa.
I.
Film Misteri
Film misteri
adalah film yang mengandung unsur teka-teki.Film jenis ini cukup banyak
peminatnya karena alur film yang tidak mudah untuk ditebak. Para penonton pun
dipastikan betah mengikuti cerita karena jawaban teka-teki akan disuguhkan di
akhir film.
J.
Film Action/Laga
Seperti namanya,
film ini mengandung aksi-aksi yang menegangkan. Biasanya ada banyak adegan
perkelahian, saling kejar-kejaran, atau aksi menggunakan senjata api.
K.
Sci Fi ( Science Fiction )
Sebenarnya
Sci-Fi mencakup tema- tema yang luas dan mempunyai subgenre-subgenre yang
mengakibatkan sulit untuk didefinisikan secara jelas. Sci-Fi sendiri adalah
salah satu genre dari cerita fiksi (fiction) yang mempunyai ciri khusus yaitu
elemen imajinasinya berkaitan erat dan mempunyai kemungkinan untuk dijelaskan
menggunakan science atau kemajuan teknologi yag berdasarkan pada hukum alam
yang dituangkan pada postulat-postulat science.
Film Animasi / Kartun : Film
kartun dalam sinematografi dikategorikan sebagai bagian yang integral film yang
memiliki ciri dan bentuk khusus. Film secara umum merupakan serangkaian gambar
yang diambil dari obyek yang bergerak.Gambar obyek tersebut kemudian
diproyeksikan ke sebuah layar dan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga
menghasilkan gambar hidup.Film kartun dalam sinematografi adalah film yang pada
awalnya dibuat dari tangan dan berupa ilustrasi di mana semua gambarnya saling
berkesinambungan.
Film Pendek : Durasi film
cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman,
Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek
dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang / sekelompok
orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak
dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai
dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada
juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya
hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
Film Panjang : Film dengan
durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar
di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances
With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India
rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
Film Dokumenter : Film
dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai
macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan
penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok
tertentu.Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal – hal senyata
mungkin. (Adhi Nugroho, 25/8/2013).
Pendalaman
karakter
Karakter
adalah jenis peran yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah
proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini
biasanya didahului dengan menganalisis peran tersebut sehingga bisa
dimainkan. Menurut Rikrik El Saptaria (2006), jenis karakter dalam teater ada
empat macam, yaitu flat character, round charakter, teatrikal, dan
karikatural.
Flat
Character (perwatakan dasar)
Flat
character atau karakter datar adalah karakter tokoh yang ditulis oleh
penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter tokoh
dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai dengan
perkembangan lingkungan. Ketika masih kecil dia bereksplorasi dengan dirinya
sendiri untuk mengetahui perkembangan dirinya, dan ketika sudah dewasa maka
pribadinya berkembang melalui hubungan dengan lingkungan sosial. Jadi
perkembangan karakter seharusnya mengacu pada pribadi manusia, yang merupakan
akumulasi dari pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi yang dilakukannya
dan terus berkembang.
Penulis
lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif, sehingga
ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu perkembangan
karakter. Flat character ini ditulis dengan tidak mengalami
perkembangan emosi maupun derajat status sosial dalam sebuah lakon. Flat
character biasanya ada pada karakter tokoh yang tidak terlalu penting atau
karakter tokoh pembantu, tetapi diperlukan dalam sebuah lakon. Misalnya
tokoh Oswald, tokoh Badut dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo. Tokoh Oswald ini dari awal cerita sampai akhir
cerita tetap sebagai pembantu atau abdi Gonerill, sama dengan tokoh Badut dalam
lakon ini tidak berkembang, baik secara emosi, pribadi, maupun secara status
sosialnya.
Round
Character (perwatakan bulat)
Karakter
tokoh yang ditulis oleh penulis secara sempurna, karakteristiknya kaya dengan
pesan-pesan dramatik. Round karakter adalah karakter tokoh dalam lakon yang
mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status
sosialnya. Perkembangan dan perubahan ini mengacu pada perkembangan pribadi
orang dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan inilah yang menjadikan karakter
ini menarik dan mampu untuk mengerakkan jalan cerita. Karakter ini biasanya
terdapat karakter tokoh utama baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.
Misalnya
perkembangan karakter tokoh Raja Lear pada lakon Raja Lear karya William
Shakespeare terjemahan Trisno sumardjo, awalnya Raja Lear berniat turun tahta
dengan cara membagi-bagi wilayah kerajaan tetapi masih tetap ingin kemegahan,
kenyamanan, dan masih ingin dihormati. Tetapi keinginan dihalangi oleh ulah
putri-putrinya, sehingga mengalami frustasi dan menjadi gila. Terus dalam
kegilaanya Raja Lear mencari cara untuk balas dendam kepada putri-putrinya yang
telah menghalanginya. Kegilaan ini semakin menjadi-jadi sampai dengan
pertemuannya dengan Gloucester di akhir babak ke empat dan dia membayangkan
menyelusup ke dalam puri putri-putri serta membunuhnya. Sampai pada akhir
cerita, Raja Lear bertemu dengan putrinya yang sudah diusir serta tidak diakui
sebagai anak yang mampu merubah pribadinya dari pribadi yang gila menjadi
pribadi yang penuh kasih sayang.
Perubahan
karakter inilah yang menjalankan lakon menjadi menarik. Misalnya lakon
Raja Lear Karya William Shakespeare, awalnya karakter Raja Lear
hanya memikirkan dirinya sendiri, terus mengalami penderitaan dan menjadi
orang baru diakhir cerita merefleksikan perubahan karakter. Perubahan ini
dikemas dan dimainkan menjadi sesuatu yang menarik sehingga penonton
tidak mengalami kejenuhan.
Teatrikal
Teatrikal
adalah karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis
seperti nampak pada gambar 14 di atas. Karakter-karakter teatrikal jarang
dijumpai pada lakon-lakon realis, tetapi sangat banyak dijumpai pada
lakon-lakon klasik dan non realis. Karakter ini hanya simbol dari psikologi
masyarakat, suasana, keadaan jaman dan lain-lain yang tidak bersifat manusiawi
tetapi dilakukan oleh manusia. Misalnya karakter yang diciptakan oleh Putu
Wijaya pada lakon-lakonnya yang bergaya post-realistic, seperti tokoh A, D, C,
Si Gembrot, Si Tua, Kawan, Pemimpin (lakon LOS) dan lain-lain.
Karikatural
Karikatural
adalah karakter tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung menyindir
seperti diperlihatkan dalam gambar 15 di atas. Karakter ini segaja diciptakan
oleh penulis lakon sebagai penyeimbang antara kesedihan dan kelucuan,
antara ketegangan dengan keriangan suasana. Sifat karikatural ini bisa berupa
dialog-dialog yang diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan tingkah
laku, bahkan perpaduan antara ucapan dengan tingkah laku. Misalnya,
karakter Badut pada lakon Raja Lear karya Willilam Shakespeare terjemahan
Trisno Sumardjo, kalau dianalisis dialognya menunjukkan betapa sangat satir dan
dapat mengimbangi ketegangan suasana yang diciptakan oleh Raja Lear.
BADUT
: Bakal kau alami, anakmu yang lain itu berbuat layak, sebab meskipun dia
serupa kakaknya, seperti apel hutan serupa dengan apel biasa, namun aku tahu
apa yang kutahu.
LEAR
: Apa yang kau tahu, bocah?
BADUT
: Seleranya sama, seperti apel sama rasanya dengan apel. Bisa menjawa, mengana
hidung orang ada di tengah-tengah mukanya?
LEAR
: Tidak.
BADUT
: Yaitu supaya ada mata di kanan-kiriinya, jadi manusia dapat melihat apa yang
tak mampu diciumnya.
LEAR
: Aku berbuat salah terhadap dia –
BADUT
: Tahu, bagaimana kerang membikin kulitnya?
LEAR
: Tidak
BADUT
: Aku pun tidak, tapi kutahu mengapa keong punya
rumah.
LEAR
: Ya?
BADUT
: Yakni guna menyimpan kepalanya; tidak untuk diberikan pada anak-anaknya,hingga
tanduknya tak berkerudung.
LEAR
: Hendak kulupakan watakku – padahal ayahnya sebaik itu – Kudaku siap?
Dari
dialog yang dilakukan oleh Raja Lear dengan Badut ini bisa dianalisis bahwa
suasana yang diciptakan oleh Raja Lear cenderung pada suasana kemarahan karena
telah diusir oleh anaknya, sedangkan dialog yang disampaikan oleh Badut
cenderung lucu dan ceria meskipun berisi tentang olok-olok dan nasehat kepada
Raja Lear.
Pemanfaatan film sebagai upaya
pendalaman karakter
Pemanfaatan media film
sebagai upaya pendalam karakter merupakan sebuah solusi bagi para pemain peran
atau aktor yang kesulitan dalam memasuki peran yang ia mainkan. Pemain peran
atau actor dapat mencari referensi karakter tokoh dengan film yang didalamnya
ada tokoh yang karakternya sama atau kurang lebih sama dengan karter tokoh yang
ia mainkan. Pemain peran atau actor dalam mendalami peran menggunakan media
film melakukanya dengan cara menonton film tersebut secara berulang-ulang.
Setelah mengetauhui gerak-gerik atau menguasai karakter yang akan dimainkan
kemudia pemain peran atau actor mulai memperagaknya memggunakan naskah yang
akan ia mainkan. Hal itu dapat dilakukan secara berulang-ulang agar menjadi
terebiasa dan terlihat natural.Dalam berlatihpun dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja.Untuk dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal latihan dapat
dilakukan dengan rekan-rekan atau lawan main.Selain untuk menjalin kemistri
berlatih dengan teman kita dapat meminta komentar ataupun kritik dan saran dari
mereka.
SIMPULAN
Mendalami karkter dapat
dilakukan dengan cara menonton film dan memperhatikan karakter tokoh yang sama
dengan tokoh yang akan kita mainkam. Untuk memperoleh hasil yang maksimal kita
dapat melakukanya secara berulang-ulang. Setelah menonton, kita dapat
memperagakanya dengan naskah yang akan kita mainkan. Kita dapat melakukanya
dengan temanatau lawan main untuk mendapatkan kroitik dan saran dari mereka.
Untuk memperoleh hasil yang
maksimal, seharusnya kita bersungguh-sungguh dalam melakukan segala prosesnya.
Bersungguh-sungguh dalam berlatih bias dilakukan dengan cara melakukan latihan
secara berulang-ulang dan membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari
siapapun.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin,
W.S. 2009.Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori Sejarah dan Analisis.
Bandung: Angkasa.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta:
Grasindo.
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/23/belajar-lagi-lebih-jauh-tentang-tokoh-dan-karakter-watak-620973.html
diakses pada tanggal 3 januari 2014
http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.com/2013/09/pengertian-penokohan-dalam-drama-teater.htmldiakses
pada tanggal 3 januari 2014
http://www.miung.com/2013/09/pengertian-dan-unsur-unsur-intrinsik.htmldiakses
pada tanggal 3 januari 2014
https://adhitoge.wordpress.com/2013/09/01/pengertian-film/diakses
pada tanggal 3 januari 2014
http://mind8pro.blogspot.com/p/production-house.htmldiakses
pada tanggal 3 januari 2014
http://andikpi.blogspot.com/2011/07/materi-perfilman.htmldiakses
pada tanggal 3 januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar