2.1 Tata bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
2.1.1 Fonetik
Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia
2.1.2 Fonemik
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi
ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang
dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk
membedakan arti.
2.2 Tata bahasa (kalimat)
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak
perlu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah
dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah
apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali
kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita
dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat
menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun
tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain
apakah gramatikal atau tidak.
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di
dalam pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau
tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri,
kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam
kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan
yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau
keterangan saja.
2.3 Kosa kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, kita dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang
benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa
tidak baku, baik tulis maupun lisan.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur
terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika
dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai.
Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa.
Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa
mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan
menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan
diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang
luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan
kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan
digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
2.4 Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya
bermacam-macam tanda yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai
pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan
perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain.
Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada
persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti:
bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik
dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu harus
berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir
suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di
sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang
harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan
bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.
2.5 Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan
ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam
bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata
kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa
yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah
ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan,
orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan membaca (kalau
tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar,
dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.
2.6 Ragam Bahasa
Berdasarkan media yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa lisan yaitu
bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speec) dengan
fonem sebagai unsur dasar, dan ragam bahasa tulis yaitu bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Berdasarkan
pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas
bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya, ragam bahasa ilmu,
ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, dan ragam bahasa sastra.
Dilihat dari segi
penuturnya, ragam bahasa dapat dibedakan sebagai berikut:
2.6.1 Ragam Daerah/ Dialek
Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas
keseluruh Nusantara. Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan
perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang dipakai di suatu daerah
berbeda dari bahasa Indonesia yang dipakai di daerah lain. Misalnya, bahasa
Indonesia yang dipakai oleh orang yang tinggal di Denpasar berbeda dari bahasa
Indonesia yang dipakai di Jakarta.
2.6.2 Ragam Bahasa Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai
pemakaian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok
penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan bahasa Indonesia
yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya, pidio, pilem, komplek,
pajar, dan pitamin.
2.6.3 Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa tak Resmi
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan).
Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Demikian juga
sebaliknya, kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya atau pimpinannya, atau
bahasa perintah atasan kepada bawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar