PISANG LANANG
Karya Bang Ajiz
Tokoh : 1. KAKEK : Veteran yang
sangat menjunjung tinggi nasionalisme
2.
NENEK : Istri kakek yang setia namun agak sensitif
3.
JOSEP : Anak sekolah yang nurut
PAGI
HARI DI SEBUAH RUMAH TUA. ADA SEORANG KAKEK YANG HIDUP HANYA DENGAN ISTRINYA.
BELIAU ADALAH MATAN VETERAN YANG SEDANG MERATAPI NASIB NEGERI INI.
Kakek : (Memegang topi veteran dan mengusap-usapnya) “hancur-hancur
hancurr.. hancur sudah negara yang dulu kakek bela mati matian. Kini dimainkan
seenaknya sendiri demi kepentingn perut sendiri. Sedih kakek ini sedihh. Sayang
hanya kamu peninggalan kakek satu-satunya. Sayang setiap memegangmu kakek
teringat masa gagah kakek. Teringat akan perang-perang melawan penjajah yang
keji itu. Tapi sekarang hancurr hancurr.. moral anak makin rusak. Kemarin kakek
lewat rumah orang dengar berita anak-anak SMP pada tawuran. Kakek Cuma bisa
ngelus dada.. hancurr hancurrr..”
TIBA-TIBA MUNCUL NENEK
DENGAN PENUH EMOSI MEMUKUL SANG KAKEK
Nenek : “apa kek? Lagi mikirin siapa nenek denger dari belakang
dari tadi sayang seyeng sayang seyeng” (dengan emosi) mikirke mantanmu kek? Iya
mantanmu ? inget umur kek inget umur. Kulit sudah keriput seperti itu . nenek
ini kurang apa kek? Inget siapa yang selalu ngerokin nek kakek masuk angin.?
Siapa yang nyetrikain baju buat kakek? Siapa yang masakin buat kakek.?”
SI NENEK MELAPAS CINCIN PEMBERIAN KAKEK
Nenek : “ini kek nenek tidak butuh cincin ini lagi. Apa arti hidup
bersama jika hati kakek masih untuk perempuan londo itu. Nenek benci kakek !”
NENEK HENDAK PERGI KEBELAKANG KARENA JENGKEL NAMUN KAKEK MEMEGANG TANGAN SI NENEK DAN KEMBALI MENGAMBIL CINCIN ITU
Kakek : “nek, jangan tiba-tiba langsung marah begitu. Kakek bukanya
sedang memikirkan mantan kakek dulu nek. Cintaku Cuma buat nenek. Meskipun sampai
sekarang kita tidak dikaruniai anak tapi cinta kakek hanya untuk nenek”.
Nenek : “apa kek?”
Kakek : “iya nek cuma nenek satu-satunya yang kakek cinta. Ini.. ini..
yang tadi kakek renungi. Ini nek.. ( sambil menunjukan topi veteran) ini yang
kakek sayangkan. Dahulu dengan topi ini kakek berjuang demi menegakan merah
putih. Tapi apa sekarang.. liat nek generasi muda sekarang sama sekali tidak
menghargai perjuangan kakek dahulu..”
Nenek : “apa benar yang kakek katan barusan?”
Kakek : “benar nek.. sungguh.. kakek tak berdusta. Coba ingat..
apakah dari pertama kita jadian dahulu ketika tanggal 16 desember tahun 1945
tepat setelah selesainya pertempuran ambarawa melawan sekutu samapai sekarang
kakek pernah mendustaimu nek?”
Nenek : “iya kek. Memang kakek tak pernah berdusta.. tapi nenek
masih kerap kebayang tentang mantan kakek orang belanda itu kek..”
Kakek : “sudahlah nek yang lalu biarlah berlalu.. kita ini sudah
tua . sudah tak patut membicarakan masalah cinta. Lebih baik sekarang cinta
kita kita tujukan kepada tuhan maha pencipta alam. Siapa tau besok atau lusa
bahkan nanti kita sudah tak ada lagi di dunia ini..”
Nenek : “iya kek. Maafin nenek..”
Kakek : “iya nek. Sudikah nenek membuatkan secangkir kopi untuk
menghangatkan tulang belulang kakek yang renta ini”
Nenek : (sambil berjalan kebelakang) “hem ini kalau ada maunya..
manisnya..”
KAKEK MENDEKATI KURUNGAN BURUNG YANG SUDAH TAK ADA ISINYA.
Kakek : “ngger-ngger.. andaisaja kamu tak dicuri orang. Mungkin
kakek akan lebih bahagia di pagi ini. Mendengar siulanmu yang merdu..
menenangkan hati. Kamu sedang apa disana ngger.. pakan di majikanmu yang baru
kamu di beri makan, di mandikan, dan di jemur seperti apa yang kakek lakukan
setiap hari?”
KAKEK
MENCOBA MEMASANG KANDANG BRURNG KE DINDING NAMUN TIDAK BISA KARENA TIDAK ADA
TEMPATNYA. KEMUDIAN ADA ANAK SEKOLAH BERJALAN LEWAT DEPAN RUMAH KAKEK
Kakek : “nak..!”
Josep : “iya kek ada apa?”
Kakek : “kesini sebentar..”
Josep : “iya kek.. ada apa?”
Kakek : “pegangin ini. Burung kakek..”
Josep : “baik kek”
Kakek : “nama kamu siapa ngger?”
Josep : “Josep kek?”
Kakek : “siapa?”
Josep : (ke kuping kakek karena sudah rada terganggu
pendengarannya) “Je O Es E Pe josep”
Kakek : “jo sep . jonya bejo sepnya kasep. Sepertinya tidak salah
orangtuamu memberi nama kamu josep. Orangnya kasep dan semoga nasibnya bejo. Tidak seperti kakek yang renta ini.
Sudah tidak ada yang memperhatikan lagi.”
Nenek : “ini kek kopinya. Itu siapa anak mau berangkat sekolah kok
kakek cegat. Kamu sekoalh dimana ngger?”
Josep : “SMPN 1 AMBARAWA nek”
Kakek : “anak SMP N 1 AMBARAWA memang nurut-nurut manut-manut.
Seperti burung kakek dulu. Ketika kakek suruh bersiul pasti mau.. ketika kakek
suruh tidur juga mau.”
Josep : “terus saya ngapin suruh ngapain di sini?”
Kakek : “sudah kamu pegin burung kakek dulu..”
Josep : “kan gak ada burungnya kek..”
Kakek : “burung itu memang sudah tidak ada. Tetapi jiwanya masih
tertanam didada kakek. Seperti burung lambang negara kita..”
Josep : “tapi saya mau sekolah kek..”
Kakek : “sekolah itu gampang.. sini dulu kakek punya sesuatu buat
kamu ngger,, (menambil sebuah pisang)”
Josep : “apa ini kek?”
Kakek : “kamu anak sekolah tapi kamu tidak tau itu apa? Kamu
disekolah ngapain saja?”
Josep : “belajar lah kek”
Kakek : “itu pisang. Ya sudah sekarang apa yang bisa kamu pelajari
dari pisang?”
Josep : “buah pisang bisa melancarkan pencernaan kek”
Kakek : “itu manfaatnya.!”
Josep : “lha terus apa kek?”
Kakek : “pisang itu simbol laki-laki..”
Josep : “kakek sudah tua tapi ngeres..”
Kakek : “yang ngeres itu pikiran kamu ngger..pisang itu simbol
laki-laki.. sekali berbuah pohonya akan mati tidak akan berbuah lagi. Jadi jiak
kamu laki-laki sekali mengambil keputusan ya sudah itu keputusanmu . sekali
berkata ya sudah pegang kata-katamu. Jadilah orang yang dpat di percaya.
Jadilah orang yang tegas. Jadilah orang yang berprinsip layaknya sebuah pisang.”
Josep : oh begitu. Siap kek..
Kakek : jagalah terus kepisanganmu nak. Sekarang berangkatlah
sekolah raih cita-citamu. Jadilah orang yang berprinsip
JOSEP BERANGKAT SEKOLAH DAN KAKEK MASUK KE RUMAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar